Meluruskan Terminologi Kafir dalam Membangun Human Solidarity dan Moderasi Beragama di Asia
DOI:
https://doi.org/10.69621/jpf.v17i1.150Palabras clave:
infidel, human solidarity, religious moderation, Christians.Resumen
The theme of this article is “Managing the Term of Kafir in Building Human Solidarity and Religious Moderation in Asia”. It focuses on trying to clarify and correct the term kafir (infidel) to build human solidarity and diverse moderation in Asia. This study is based on the research of the terminology, which was supported by Prof. Dr. Armada Riyanto and compared to the 1999 Apostolic Exhortation of the Post Synodal in New Delhi on: “Church in Asia”. The methodology used is a qualitative method with library research. The author also uses other supporters’ books to enrich this writing division. This study found that the term kafir is often used by persons in Indonesia to justify itself and its interests. The findings from this research show: that firstly, the use of the term kafir needs to look at its context and is not properly used in the human relationship of the present time. Secondly, the term kafir revealed in the ‘verdicts’ was born out of the absence of human solidarity. Thirdly, the use of the term kafir against other religions can damage the morality of living together and the potential for it to emerge in a mixed and diverse conflict in society. Thus, the term kafir must enter into the law as conduct contrary to the principle of a common system of living. In this sense, the Church and the Christians are called upon to develop public theology especially the public theology of Nusantara to preserve, treat, and enhance Pancasila values and traditional cultural values for the survival of life which is harmonious, safe, and peaceful.
Abstrak
Tema artikel ini adalah “Mengelola Terminologi Kafir dalam Membangun Solidaritas Manusia dan Moderasi Beragama di Asia”. Ini berfokus pada upaya untuk mengklarifikasi dan mengoreksi terminologi kafir untuk membangun solidaritas manusia dan moderasi yang beragam di Asia. Kajian ini didasarkan pada penelitian terminologi kafir, yang didukung oleh Prof. Dr. Armada Riyanto dan dibandingkan dengan Anjuran Apostolik Sinodal Post 1999 di New Delhi tentang: “Gereja di Asia”. Metodologi yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan studi pustaka. Penulis juga menggunakan buku-buku pendukung lainnya untuk memperkaya divisi penulisan ini. Studi ini menemukan bahwa terminologi kafir sering digunakan oleh orangorang di Indonesia untuk membenarkan diri dan kepentingannya. Temuan dari penelitian ini menunjukkan beberapa hal: pertama, penggunaan istilah kafir perlu melihat konteksnya dan tidak tepat digunakan dalam hubungan manusia masa kini. Kedua, terminologi kafir yang terungkap dalam ‘putusan’ lahir dari ketiadaan solidaritas kemanusiaan. Ketiga, penggunaan istilah kafir terhadap agama lain dapat merusak moralitas hidup bersama dan berpotensi muncul dalam konflik yang beragam dan beragam di masyarakat. Dengan demikian, istilah istilah kafir harus masuk ke dalam hukum sebagai perbuatan yang bertentangan dengan asas tata kehidupan bersama. Dalam pengertian ini, Gereja dan umat Kristiani terpanggil untuk mengembangkan teologi publik khususnya teologi publik Nusantara untuk melestarikan, merawat, dan meningkatkan nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai budaya tradisional demi kelangsungan hidup bersama yang serasi, aman, dan damai.
Kata-kata kunci: kafir, solidaritas manusia, moderasi beragama, orang-orang Kristiani.
Descargas
Citas
Buku
Ardianto, Juri (eds.), Islam Nusantara Inspirasi Peradaban Dunia. Jakarta: Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU dan Panitia ISOMIL, 2016.
https://nalarpolitik.com/kafir-politis-dan-politik-yang-kafir/, diakses tanggal 20 Mei 2020, pukul 15.02 Wib.
https://geotimes.co.id/kolom/agama/siapakah-orang-kafir-itu-telaahkronologi- dan-semantik-al-quran/. diakses tanggal 21 Mei 2020, pukul 15.22 Wib.
https://www.usd.ac.id/fakultas/teologi/blog.php?noid=2, diakses tanggal 21 Mei 2022, pukul 16.10 Wib.
Kardinal Darmaatmadja, Yulius. Umat Katolik Membangun NKRI. Yogyakarta: Kanisius, 2019.
Maarif, Ahmad Syafii. Jangan Menjual Ayat dengan Harga Murah. Dalam Tempo edisi 3-9 Desember 2018.
Mendez-Montoya, Angel F. The Theology of Food: Eating and the Eucharist, Wiley-Blackwell, 2019.
Paulus II, Yohanes.Gereja Di Asia.Terj. R. Harrdawiryana. Jakarta: Dokpen KWI, 2000.
Riyanto, Armada (eds.). Aku & Liyan Terminologi Filsafat dan Sayap, Malang: Widya Sasana Publication, 2011.
————--. Berfilsafat Politik. Yogyakarta: Kanisius, 2011.
————--. Politik, Sejarah, Identitas, Postmodernitas. Malang: Widya Sasana Publication, 2009.
————--. Relasionalitas Filsafat Fondasi Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen. Yogyakarta: Kanisius, 2018.
Wilfred, Felix. “Asian Theological Ferment: Keynote Address,” International Joint Conference “Doing Theology in Contemporary Indonesia:
Interdisciplinary Perspectives”, 1 Maret 2019.
Narasumber
H. Achmad Roziqi, yang diwawancarai pada tanggal 23 Maret 2020 melalui via WhatsApp.
K.H. Ahmad Marzuki Mustamar, yang diwawancarai pada tanggal 15Mei 2022 di Jl. Raya Candi VI Karang Basuki, Sukun, Kota Malang.
K.H. M. Sholeh Bahruddin, yang diwawancarai pada tanggal 13 Mei 2022 diPandean, Sengongagung-Purwosari, Pasuruan pada tanggal 13 Maret 2020.
Descargas
Publicado
Cómo citar
Número
Sección
Licencia

Esta obra está bajo una licencia internacional Creative Commons Atribución-NoComercial-SinDerivadas 4.0.













